Senin, 06 Juni 2016

SEKILAS PROFIL SAYA

Selamat datang di blog saya, blog ini saya buat dengan tujuan untuk membagi informasi seputar artikel-artikel yang berkaitan dengan Fisioterapi kesehatan terutama fisioterapi karena saya kuliah di jurusan fisioterapi. semoga bermanfaat bagi pembaca. Berikut sedikit profil saya.




































































Nama Lengkap        : NUR ALIM
Alias                        : ALIM
Ttl                            : DEMAK, 25 OKTOBER 1996
Alamat                     : DEMAK
Riwayat pendidikan : 1. SDN 1 TRENGGULI
                                 2. SMPN 2 DEMAK
                                 3. SMAN 1 DEMAK 
Hobi                        : SWIMMING
Sekolah Saat Ini      :  STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
Jurusan                    : AKADEMI FISIOTERAPI
Id Line                     : nuralim25
Id Instagram            : N.ALIM
sekian biografi dari saya. Terima kasih :)

NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN)

PENDAHULUAN


Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang, hal ini menunjukan seringnya gejala ini dijumpai pada sebagian besar  penderita. Sakit pinggang merupakan keluhan banyak penderita yang berkunjung ke dokter. Yang dimaksud dengan istilah sakit pinggang bawah ialah nyeri, pegal linu, ngilu, atau tidak enak didaerah lumbal berikut sacrum. Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah Low Back Pain (LBP).
Penyebab LBP bermacam-macam dan multifaktorial; banyak yang ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Mengingat tingginya angka kejadian LBP, maka tidaklah bijaksana untuk melakukan pemeriksaan laboratorium yang mendalam secara rutin pada tiap penderita. Hal ini akan memakan waktu yang lama, dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama dan dibantu oleh pemeriksaan laboratorium yang terarah, maka penyebab LBP dapat ditegakan pada sebagian terbesar penderita
Untuk lebih mendalami tentang low back pain, sejenak perlu diketahui dahulu fungsi dari tulang belakang. Tulang belakang merupakan daerah penyokong terbanyak dalam fungsi tubuh. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang merupakan satu kesatuan fungsi dan bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas seperti:
1. memperhatikan posisi tegak tubuh
2. menyangga berat badan
3. fungsi pergerakan tubuh
4. pelindung jaringan tubuh
Pada saat berdiri, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyangga berat badan, sedangkan pada saat jongkok atau memutar, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang inilah yang seringkali menyebabkan masalah.
Pada makalah ini pengertian nyeri pinggang bawah digunakan untuk menjelaskan gejala nyeri yang terlokalisir didaerah lumbal atau nyeri yang menjalar ke tungkai atau kaki dengan menyingkirkan penyebab nyeri lain yang spesifik.
DEFINISI



Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam.
Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
B. Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
Disamping hal tersebut diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik yang juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi tersebut adalah :
  1. Trauma
  2. Infeksi
  3. Neoplasma
  4. Degenerasi
  5. Kongenital
EPIDEMIOLOGI


Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan kedokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi.
Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di Amerika, kelelahan LBP meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981.
Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi dapat disimpulkan bahwa LBP meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.
ANATOMI


Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis, ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam disekitar pelvis,  abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung.
Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :
1. Vertebrae cervicales                7 buah
2. Vertebrae thoracalis                 12 buah
3. Vertebrae lumbales                  5 buah
4. Vertebrae sacrales                   5 buah
5. Vertebrae coccygeus               4-5 buah
Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true vertebrae.
Pada vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas :
1. Musculus trapezius
2. Muskulus latissimus dorsi
3. Muskulus rhomboideus mayor
4. Muskulus rhomboideus minor
5. Muskulus levator scapulae
6. Muskulus serratus posterior superior
7. Muskulus serratus posterior inferior
8. Muskulus sacrospinalis
9. Muskulus erector spinae
10. Muskulus transversospinalis
11. Muskulus interspinalis
Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke arah ekstrremitas maupun yang terdapat pada bagian punggung itu sendiri.Otot pada punggung memiliki fungsi sebagai pelindung dari columna spinalis, pelvis dan ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka mungkin dapat menyebabkan terjadinya low back pain.
1
2
3
4


PENYEBAB






Penyebab nyeri pinggang bawah bermacam-macam dan multifaktor. Di antaranya dapat disebut :
1)      KELAINAN KONGENITAL
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :
a)      Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu     ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri.
Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan.
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang / hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri radikuler.
b)      Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum.
Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang.
c)      Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun.
Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.
d)      Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
e)      Spondylitis.
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang belakang.
2)      TRAUMA DAN GANGGUAN MEKANIS
Trauma dan gngguan mekanis merupakan penyebab utam nyeri pinggang bawah. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Cara bekerja di pabrik atau di kantor dengan sikap yang salah lama-lama nenyebabkan nyeri pinggang bawah yang kronis.
Patah tulang, pada orang yang umurnya sudah agak lanjut sering oleh karena trauma kecil saja dapat menimbulkan fraktur kompresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak ditemukan pada kaum wanita terutam yang sudah sering melahirkan. Dalam hal ini tidak jarang osteoporosis menjadi sebab dasar daripada fraktur kompresi. Fraktur pada salah satu prosesus transversus terutama ditemukan pada orang-orang lebih muda yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan.
Pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat menggangu keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga timbul nyeri pinggang.
Ketegangan mental terutama ketegangan dalam bidang seksual atau frustasi seksual dapat ditransfer kepada daerah lumbal sehingga timbul kontraksi otot-otot paraspinal secara terus menerus sehingga timbul rasa nyeri pinggang. Analog dengan tension headache maka nyeri pinggang semacam ini dapat dinamakan “tension backache”.
Tidak jarang seorang pemuda mengeluh tentang nyeri pinggang, yang timbul karena adanya anggapan yang salah yaitu bahwa karena seringnya melakukan onani di waktu yang lampau lantas kini sumsum balakangnya telah menjadi kering dan nyeri.
3. RADANG ( INFLAMASI )
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.
Penyakit Marie-Strumpell
Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan
( stiffness ) dan kelainan ini bersifat progresif.
4. TUMOR ( NEOPLASMA )
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah. Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan
5. GANGGUAN METABOLIK
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan nyeri   pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau oleh gangguan hormonal (menopause,penyakit cushing). Sering oleh karena trauma ringan timbul fraktur kompresi    atau seluruh panjang kolum vertebra berkurang karena kolaps korpus vertebra.penderita         menjadi bongkok dan pendek denga nyeri difus di daerah pinggang.
6.   PSIKIS
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala nyeri pinggang bawah.misalnya anksietas dapat menyebabkan tegang otot yang mengakibatkan rasa nyeri,misalnya dikuduk atau di pinggang;rasa nyeri ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan anksietas dan diikuti oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.kelainan histeria,kadang-kadang juga mempunyai gejala nyeri pinggang bawah.
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok sigaret, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Pada laki-laki resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun kemudian menurun, tetapi pada wanita tetap terus meningkat. Peningkatan insiden pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan berkaitan dengan osteoporosis.
LOKASI
Lokasi untuk nyeri pinggang bawah adalah daerah lumbal bawah, biasanya disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.
DIAGNOSA




1. ANAMNESA
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan kemungkinan diagnosa Low Back Pain.
1. Apakah terasa nyeri ?
2. Dimana terasa nyeri ?
3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?
4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)
5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?
6. Adakah keluhan lain?
7. apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?
8. bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?
9. bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks
1. Motorik.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Berjalan dengan menggunakan tumit.
b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
2. Sensorik.
a. Nyeri dalam otot.
b. Rasa gerak.
3.Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui  lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
4. Test-Test
a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° )  didorong ke arah     muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.
5



b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.
6
c. Test Kebalikan Patrick
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi           meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada            sumber nyeri di sakroiliaka.
PENUNJANG
FOTO
1.Plain
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.
7
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
8
3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.
9
4. Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )
EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.
EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :
1. Adanya kerusakan pada saraf
2. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )
4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf
Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.
PENGOBATAN


























Obat
1.   Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
–         Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya : Morfin, heroin, dll.
–         Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :
a) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik. Contohnya : Aspirin
Dosis Aspirin :       Sebagai anlgesik 600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari
Sebagai antiinflamasi 750 – 1500 mg, diberikan 4 x sehari
Kontraindikasi :     Penderita tukak lambung
Resiko terjadinya pendarahan
Gangguan faal ginjal
Hipersensitifitas
Efek samping :       Gangguan saluran cerna
Anemia defisiensi besi
Serangan asma bronkial
b) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman untuk       menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.
Dosis terapi :         600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari
c) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.
Dosis terapi :         0,5 – 1 gram, diberikan 3 x sehari
d) Golongan asam organik yang lain
Derivat asam fenamat
Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam flufenamat, dan Na-    meclofenamat.Golongan obat ini sering menimbulkan efek samping terutama diare.Dosis asam mefenamat sehari yaitu 4×500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari adalah 3-4 kali 100 mg.
Derivat asam propionat
Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang relatif   baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik dam anti piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen, naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.
Derifat asam asetat
Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.
Derifat Oksikam
Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali sehari.
Fisioterapi
a. Terapi Panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong hangat).
b. Elektro Stimulus
–  Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara ini  tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga menyebabkan infeksi.
–  Ultra Sound
Untuk menghangatkan
10
–    Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf
–    Spinal Endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau menghilangkan jaringan scar.
–    Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
–    Elektro Thermal Disc Decompression
–    Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS )
Menggunakan alat dengan tegangan kecil.
c. Traction
Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot.
11
d. Pemijatan atau massage
Dengan   terapi  ini   bisa  menghangatkan,   merileksi  otot  belakang   dan   melancarkan
perdarahan.
Latihan Low Back Pain dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Lying supine hamstring stretch
12


b. Knee to chest stretch
13
14


c. Pelvic Tilt
15
16


d. Sitting leg stretch
17
18


e. Hip and quadriceps stretch
19


e. Alat Bantu
1. Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low Back Pain  yang dapat membungkus punggung dan perut.
20
2. Tongkat Jalan



Operasi
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada tulang belakang/punggung pasien. Biasanya prosedurnya menyangkut pada LAMINECTOMY yang mana menghendaki bagian yang dinagkat dari vertebral arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP pasien. Jika disc menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan melakukan bagian laminectomy untuk mencari tahu vertebral kanal, mengidentisir ruptered disc ( disc yang buruk ), dan mengambil atau memindahkan bagian yang baik dari disc yang bergenerasi, khususnya kepingan atau potongan yang menindih saraf.
Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu SPINAL FUSION, jika si pasien merasa membutuhkan keseimbangan di bagian spinenya. Spinal fusion merupakan operasi dengan menggabungkan vertebral dengan bone grafts. Kadang graft tersebut dikombinasikan dengan metal plate atau dengan alat yang lain.
Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang dapat diobati dengan teknik PERCUTANEOUS DISCECTOMY, yang mana discnya diperbaiki menembus atau melewati kulit tanpa membedah dengan menggunakan X-ray sebagai pemandu. Ada juga cara lain yaitu CHEMONEUCLOLYSIS, cara ini menggunakan penyuntikan enzim-enzim ke dalam disc. Cara ini sudah jarang digunakan.
Larangan
a. Berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti jongkok.
b. Membawa beban yang berat.
c. Duduk terlalu lama.
d. Memakai sepatu hak tinggi.
e. Menulis sambil membungkuk terlalu lama.
f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan                   kasur yang terlalu empuk.
Anjuran
a. Posisikan kepala dititik tertinggi, bahu ditaruh sedikit kebelakang.
b. Duduk tegak 90 derajat.
c. Gunakanlah sepatu yang nyaman.
d. Jika ingin duduk dengan jangka wqktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai                    atau apa saja yang mnurut anda nyaman.
e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika                            tidur menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.
f. Hindari berat badan yang berlebihan.
g. Ketika memerlukan berdiri dalam waktu lama salah satu kaki diletakkan diatas   supaya sudut ferguson tidak terlalu besar ( sudut ferguson adalah sudut kemiringan sakrum dengan garis horisontal )

ALAT-ALAT FISIOTERAPI DAN KEGUNAANNYA

Alat-alat Seorang Fisioterapis

| 46 comments
Apa kabar teman-teman semua? Berikut ini adalah sekedar posting untuk menyelesaikan mata kuliah TI (Teknologi Informasi) yang mewajibkan saya untuk menulis tentang hal-hal yang berhubungan dengan Fisioterapi. Dalam tulisan ini juga pasti ada banyak kekurangan. untuk itu mohon bimbingan, penilaian, maupun komentar dari para pembaca sekalian. Silahkan tulis di kolom komentar. Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

1. SHORTWAVE DIATHERMY (SWD)

Pengertian SWD
Short Wave Diathermy (SWD) adalah Suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan yang pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas. Short Wave Diathermy biasa disebut dengan Diathermy gelombang pendek. Berfungsi untuk memanaskan jaringan dan pembuluh darah dengan gelombang pendek, sehingga peredaran darah menjadi lancar.

 
Tujuan Pemberian SWD
Memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi spasme otot, membantu meningkatkan kelenturan jaringan lunak, mempercepat penyembuhan radang.
Penempatan/susunan elektroda
• Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan berlawanan dengan bagian terapi.
• Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat, pemanasan superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda
• Cross fire treatment ; ½ terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan elektroda posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis
• Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal

Indikasi SWD
Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya keluhan nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredarah darah)

Kontraindikasi SWD
Keganasan, kehamilan, kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas, adanya logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri.

Teknik aplikasi SWD
Pre pemanasan alat 5-10 menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal, durasi 15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang elektroda, pasien tidak boleh bergerak, intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi pasien.

2. MICROWAVE DIATHERMY (MWD)


Pengertian MWD
Suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikro dlm bentuk radiasi elektromagnetik yg akan dikonversi dalam bentuk dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz dengan panjang gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penentrasi hanya 3 cm,
salah satu modalitas fisioterapi yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri, MWD cocok untuk jaringan superfical dan struktur artikuler yang dekat dengan permukaaan kulit. Salah satu tujuan utama dari terapi MWD adalah untuk memanaskan jaringan otot sehingga akan memberi efek relaksasi pada otot dan meningkatkan aliran darah intramuskuler.
Tujuan
1. Membantu meningkatkan sirkulasi limpatik dan sirkulasi darah lokal.
2. Membantu relaksasi otot dan meningkatkan elastisitas jaringan ikat yang letak kedalamannya kurang lebih 3 cm.
3. Membantu meningkatkan proses perbaikan jaringan secara fisiologis.
4. Membantu mengurangi rasa nyeri pada otot dan sendi.


Indikasi MWD
Selektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot (efektif untuk sendi Inter Phalangeal, Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan, Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis), kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis)

Kontraindikasi MWD
Adanya logam, gangguan pembuluh darah, pakaian yang menyerap keringat, jaringan yang banyak cairan, gangguan sensibilitas, neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes melitus), infeksi akut, transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran), sesudah rontgen (konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat menstruasi.

Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian MWD
Terjadinya perubahan panas ; yang sifatnya lokal jaringan yang meningkatkan metabolisme jaringan lokal, meningkatkan vasomotion sehingga timbul homeostatik lokal yang akhirnya menimbulkan vasodilatasi. Perubahan panas secara general yang menaikkan temperatur pada daerah lokal.

Teknik aplikasi MWD:
• Persiapan alat, tes alat, pre pemanasan 5-10 menit, jarak <10cm dari kulit • persiapan pasien : bebaskan dari pakaian dan logam, posisikan pasien senyaman mungkin, tes sensibilitas, jarak 5-10 cm, durasi 20-30 menit. alat 2456MHz, frekuensi terapi 3-5 x/minggu, intensitas 50-100 watt (toleransi pasien), dosis intensitas ditentukan oleh aktualitas patologi (aktualitas rendah : thermal, aktualitas sedang : subthermal, aktualitas tinggi : a thermal)

3. ULTRASOUND (US)

Pengertian
Mesin ultrasound adalah modalitas fisioterapi yang pemanfaatannya dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi atau rendah. Gelombang suara ini dasalurkan di sekitar jaringan dan pembuluh darah, gelombang suara tersebut menembus ke otot sehingga otot menjadi hangat dan otot relaks, oleh karena itu gelombang ultrasound ini digunakan untuk perawatan otot yang mengalami ketegangan dan kekakuan.
Tujuan
Efek dari pemanasan ini berpengaruh pada pelebaran pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi darah sehingga membantu prose penyembuhan. Fisioterapis juga dapat mengatur frekuensi dari gelombang ultrasound sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi peradangan.
  • Indikasi
Contoh kasus yg termasuk indikasi Ultrasound : Rheumathoid Arthrosis, Osteoarthrosis Genu, Hernia Nucleus Pulposus, Low Back Pain, spasme cervical, tennis elbow, frozen shoulder.
  • Kontra indikasi
Jaringan yang lembut (mata, ovarium, testis, otak), jaringan yang baru sembuh, jaringan/granulasi baru, kehamilan, pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat, tanda-tanda keganasan, infeksi bakteri spesifik.
Teknik Aplikasi US : Sebelum terapi : lakukan assesment, tes sensibilitas, lokalisasi daerah terapi, tentukan metode (langsung/tidak langsung), beri penjelasan kepada pasien.  Persiapan alat : Persiapan pasien Penatalaksanaan US: Berikan gel pada daerah yang akan diterapi, Ratakan gel dgn tranduser, nyalakan alat, Timer ditentukan dari = luas area dibagi dengan luas ERA, Intensitas ditentukan oleh aktifitas patologi :
  • aktivitas tinggi : dosis rendah (1-1,5 W/cm²)
  • aktivitas sedang : dosis sedang (1,5-2 W/cm²)
  • aktivitas rendah : dosis tinggi (2-3 W/cm²)

4. Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS)

Pengertian TENS
> Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri
> Pada TENS mempunyai bentuk pulsa : Monophasic mempunyai bentuk gelombang rectanguler, trianguler dan gelombang separuh sinus searah; biphasic bentuk pulsa rectanguler biphasic simetris dan sinusoidal biphasic simetris; pola polyphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interferensi atau campuran.
> Pulsa monophasic selalu mengakibatkan pengumpulan muatan listrik pulsa dalam jaringan sehingga akan terjadi reaksi elektrokimia dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi terlalu tinggi.

Tujuan pemberian TENS
Memeilhara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot, re-edukasi fungsi otot, modulasi nyeri tingkat sensorik, spinal dan supraspinal, menambah Range Of Motion (ROM)/mengulur tendon, memperlancar peredaran darah dan memperlancar resorbsi oedema

Frekuensi Pulsa
• Frekuensi pulsa dapat berkisar 1 – 200 pulsa detik.
• Frekuensi pulsa tinggi > 100 pulsa/detik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah
• Arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iritatif terhadap jaringan kulit sehingga dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi. Arus listrik frekuensi menengah bersifat lebih konduktif untuk stimulasi elektris karena tidak menimbulkan tahanan kulit atau tidak bersifat iritatif dan mempunyai penetrasi yang lebih dalam.

Penempatan Elektroda
• Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri
• Dermatome :Penempatan pada area dermatome yang terlibat, Penempatan pada lokasi spesifik dalam area dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di posterior dari suatu area dermatome tertentu
• Area trigger point dan motor point

Indikasi TENS
Kondisi LMNL(Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih disertai keluhan nyeri, kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum membaik, kondisi LMNL kronik yg sdh terjadi partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon transverse, kondisi keluhan nyeri pada otot, sebagai irritation/awal dari suatu latihan, kondisi peradangan sendi (Osteoarthrosis, Rheumathoid Arthritis dan Tennis elbow), kondisi pembengkakan setempat yang belum 10 hari

Kontra Indikasi TENS
Sehabis operasi tendon transverse sebelum 3 minggu, adanya ruptur tendon/otot sebelum terjadi penyambungan, kondisi peradangan akut/penderita dlm keadaan panas

Prosedur TENS
• Tingkat analgesia-sensoris : frekuensi 50-150 Hz, durasi pulsa <200 (60-100) mikrodetik • Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi pulsa >150 mikrodetik
• Persipan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion, krim dll), periksa sensasi kulit, lepaskan semua metal di area terapi, jangan menstimulasi pada area dekat/langsung di atas fraktur yg baru/non-union, diatas jaringan parut baru, kulit baru.
5. PARAFIN BATH

Pengertian
Pengobatan panas superficial dgn modalitas rendaman hangat parafin.

Tujuan
Preliminary terhadap metoda intervensi lain (mobilisasi sendi, massage), memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, menambah kelenturan jaringan perifer, lingkup gerak sendi, dipilih untuk tangan dan kaki.
Indikasi
Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi nyeri dan kekakuan, untuk menghindari sapsme otot, meningkatkan range of motion sendi, serta mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran darah sehingga peredaran darah menjadi lancar dan kebutuhan nutrisi pada jaringan yang berkaitan terpenuhi.

Parafin bath indikasi terhadap:
Reduksi nyeri dan spasme otot
• Efek panas dari parafin dapat digunakan sebelum dilakukan latihan penguluran otot untk mereduksi nyeri.
• Spasme otot menimbukan rasa nyeri serta berkurangnya range of motion sendi, namun hal ini dapat dikurangi dengan memberikan panas sebagai media terapi.
• Pasca fractur
• Pasca trauma
• Sprain dan strain
• Arthritis kronis


Kontra Indikasi
Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu atau temperatur adalah gangguan sensibilitas.

Kontra indikasi untuk terapi parafin bath dapat dituliskan sebagai berikut:
• Gangguan sensibilitas.
• Luka terbuka.
• Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan yang bersangkutan.

Metode Aplikasi
> Metode Deep : mencelupkan kaki/tangan kedalam cairan parafin bath -> terbentuk permukaan parafin padat dan tipis yang meliputi kulit -> tarik kembali -> ulang 8-10x -> sampai terbentuk sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap kehilangan panas) -> bungkus dengan handuk kering untuk mempertahankan panas -> lama 15-20 menit -> setelah itu sarung tangan parafin dilepas
> Metode immersion : mencelupkan tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan parafin -> terbentuk sarung tangan pada sekitar kulit -> lama 20-30 menit -> lebih efektif meningkatkan temperatur jaringan tapi resiko luka bakar
> Metoda breshing : dengan menggunakan kuas -> untuk area yang tidak dijangkau (pinggang, hip, pada regio yang besar)
6. TRAKSI
Pengertian
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Tujuan
Tujuan dari traksi adalah untuk menangani dislokasim atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan.
Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada hokum ketiga (Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai melalui tangan sebagai traksi manual, penggunaan talim splint, dan berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi skeletal (Taylor, 1987 and Osmond, 1999).
Traksi dapat dilakukan melalui kulit atau tulang. Kulit hanya mampu menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika dibutuhkan lebih dari ini maka diperlukan traksi melalui tulang. Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak karena growth plate dapat dengan mudah rusak akibat pin tulang.
Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan reduksi tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan reduksi tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
Kontra indikasi dari pemberian traksi lumbal menurut Dellito (1990) dikutip oleh Cameron (1999) adalah : (1) kondisi trauma akut atau inflamasi (2) hipermobilitas atau instabilitas (3) hipertensi yang tidak terkontrol (4) fraktur (5) osteoporosis (6) spondilosis (7) selama proses terapi keluhan nyeri bertambah sehingga dalam pengaplikasian traksi lumbal terapis harus selalu melakukan monitoring.
Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat kerusakan kulit, atau untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi diperlukan untuk melawan gaya traksi, yaitu misalnya dengan memposisikan tungkai lebih tinggi pada traksi yang dilakukan di tungkai.
Teknik dalam aplikasi traksi ada dua cara yaitu statik dan intermiten. Dalam penelitian ini prosedur penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal adalah sebagai berikut :
a.       Penentuan alat
Menggunakan traksi elektrik dengan perangkat semi computer digital.
b.      Posisi pasien
Posisi yang umum adalah tidur terlantang dalam sedikit paha fleksi 85 derajat dan eksorotasi 10-15 derajat serta lutut dalam keadaan fleksi 85-90 derajat (Thamrin, 1991 dikutp oleh Hartini, 2007)
c.       Alat pengikat
Menggunakan alat pengikat punggung berupa sabuk (pelvic belt) yang diikatkan di atas krista iliaka dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada tubuh bagian atas untuk menghindari bagian atas untuk tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan lumbal.
Sekian penjelasan dari alat-alat terapi fisioterapi. Sebenarnya, masih ada banyak lagi aat-alat yang sering dipergunakan oleh fisioterapis seperti infrared, tapi cukup sekian dulu ya untuk selebihnya akan ditambah jika ada kesempatan lain (alasan pemalas :v)
Terima kasih dan semoga bermanfaat.

ARTIKEL SEKILAS FISIOTERAPI

Fisioterapi (Physical Therapy) merupakan salah satu profesi kesehatan yang menyediakan perawatan (treatment) untuk mengembangkan, memelihara, dan memaksimalkan gerak dan fungsi gerak dalam kehidupan seseorang, terutama saat terjadi gangguan gerak dan fungsi gerak akibat penuaan, cedera/trauma fisik, penyakit, dan faktor lingkungan lainnya.

Fisioterapi juga berfungsi untuk memaksimalkan kualitas hidup dan potensi gerak seseorang dengan memberikan pelayanan fisioterapi berupa promosi, prevention (pencegahan), perawatan (treatment/intervention), habilitasi dan rehabilitasi. Pelayanan tersebut melibatkan fisik, psikologis, emosional dan kesejahteraan sosial sebagai hasil interaksi antara fisioterapis, pasien/klien, profesi kesehatan lainnya, keluarga pasien, dan masyarakat dalam proses pemulihan potensi gerak dengan menggunakan pengetahuan dan skill yang dimiliki oleh seorang fisioterapis.

Seorang fisioterapis memanfaatkan riwayat medis pasien dan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa, menyusun rencana perawatan, termasuk dalam menganalisa hasil foto lab pasien dan melakukan tes elektrodiagnostik (seperti tes electromyograms dan tes refleks) bila diperlukan.

Di luar negeri (misalnya USA, Belanda, Australia), fisioterapi terbagi menjadi beberapa spesialisasi, seperti cardiopulmonary, geriatric, ortopedi, neurologi dan pediatric. Pelayanan fisioterapi dapat dilakukan di mana saja, mulai dari rumah sakit, klinik, rumah pasien, kantor, pusat pendidikan dan penelitian, sekolah, pusat industri atau lingkungan kerja lainnya, sampai fitness centre dan pusat olahraga.

Kualifikasi pendidikan fisioterapis bervariasi, tergantung negaranya. Di luar negeri, pendidikan fisioterapi sudah sampai S3, Sp1, dan Sp2. Sementara di Indonesia, pendidikan yang tersedia adalah D3, D4 dan S1 Profesi. Untuk melanjutkan S2 harus ke luar negeri, baik dengan biaya sendiri atau dengan beasiswa.

SEJARAH FISIOTERAPI

Bapak Kedokteran Hipokrates yang kemudian dilanjutkan oleh Galenus diyakini sebagai orang pertama yang melakukan praktek fisioterapi dengan teknik pijat (massage), teknik manual, dan hidroterapi untuk mengobati pasien pada tahun 460 SM. Setelah adanya pengembangan pediatric pada abad ke-18, alat-alat mesin seperti gimnasticon dikembangkan untuk terapi encok dan dan keluhan sejenis lainnya melalui pemberian latihan secara teratur pada sendi-sendi yang mengalami gangguan.

Dokumen asli yang pertama ditemukan tentang praktik fisioterapi secara professional adalah yang dibuat oleh Per Henrik Ling, “Bapak Gimnastik Swedia” , yang mendirikan RCIG (Royal Central Institut of Gimnastik) pada tahun 1813 untuk terapi massage (pijat), manipulasi dan exercise (latihan). Panggilan yang digunakan orang Swedia untuk fisioterapis pada saat itu adalah “sjukgymnast” = “sick-gymnast”. Pada tahun 1887 fisioterapi memperoleh pengakuan secara resmi (official registration) oleh Sweden’s National Board of Health and Welfare.

Setelah itu negara lainnya menyusul. Pada tahun 1894 empat orang perawat di Britania Raya membentuk Chartered Society of Physiotherapy. Lalu disusul pemebentukan pendidikan fisioterapi di Universitas Otago New Zealand pada tahun 1913, dan United State Reed College di Portland, Oregon pada tahun 1914 dengan lulusan sebagai “reconstruction aides” (asisten rehab).

Penelitian (riset) juga meningkatkan perkembangan fisioterapi. Penelitian pertama tentang fisioterapi dipublikasikan di Amerika Serikat dipublikasikan pada bulan Maret 1921 dalam The PT Review. Di tahun yang sama, Mary Mcmillan mendirikan organisasi Physical Therapy Association ( sekarang berubah menjadi APTA (American Physical Therapy Association). Pada tahun 1942, Georgia Warm Spring Foundation mendukung perkembangan fisioterapi dengan menganjurkan fisioterapi sebagai terapi untuk penderita polio.

Terapi-terapi yang dilakukan sepanjang tahun 1940-an baru berkisar pada terapi latihan, massage, dan traction. Teknik-teknik manipulasi pada punggung/tulang belakang dan sendi-sendi pada extremitas (alat gerak) mulai dipraktikkan Negara-negara Persemakmuran Inggris di awal tahun 1950an. Beberapa tahun setelah itu fisioterapis mulai merambah dari hanya sekedar bertugas di rumah sakit ke tempat-tempat lain seperti klinik ortopedi, sekolah-sekolah, universitas, pusat geriatric, pusat rehabilitasi, dan pusat-pusat pengobatan lainnya.

Spesialisasi untuk fisioterapi diawali di Amerika Serikat pada tahun 1974, dengan dibentuknya Bidang Ortopedi APTA yang mengembangkan spesialis ortopedi. Di tahun yang sama, Internationa Federation of Orthopaedic Manipulative Therapy dibentuk. Federasi inilah yang memainkan perananan penting dalam memperkenalkan manual terapi ke seluruh dunia.

PENDIDIKAN

WCPT (World Confederation of Physical Therapy) – organisasi fisioterapi internasional – menyadari adanya keeanekaragaman budaya, social, ekonomi, dan politik di lingkungan di mana pendidikan fisioterapi diterapkan di seluruh dunia. WCPT merekomendasikan pendidikan tingkat awal fisioterapi adalah pendidikan yang diselenggarakan di universitas atau setingkat universitas (akademi atau sekolah tinggi), minimal 4 tahun, lulusannya secara independen diakui oleh undang-undang, terakreditasi keberadaannya, dan ada pengakuan sebagai suatu profesi oleh negara. WCPT juga menyadari akan adanya inovasi dan variasi dalam pelaksanaan program pendidikan, termasuk gelarnya setelah menyelesaikan pendidikan, mulai dari Ahli Madia, Sarjana Sains Terapan, Sarjana, Master, Doktor sampai gelar spesialisasinya. Yang diharapkan adalah setiap program pendidikan fisioterapi mampu mengembangkan kurikulum yang baik sehingga calon fisioterapis mendapatkan ilmu, skill, dan hal-hal lainnya sebagai bekal untuk menjadi fisioterapis kelak.

Pendidikan profesi menyiapkan fisioterapis untuk memiliki kewenangan untuk membuka praktik sendiri (klinik) dan memiliki otonomi sendiri dalam bermitra dengan profesi kesehatan lainnya.

Program pendidikan fisioterapi mengintegrasikan teori, fakta di lapangan, dan praktik langsung selama proses pembelajarannya.

Di Amerika Serikat ada sekitar 202 dari 211 program pendidikan fisioterapi telah terakreditasi di tinggkat doktor.

SPESIALISASI

Karena ruang lingkup pengetahuan fisioterapi yang luas, beberapa fisioterapis mengambil spesialisasi yang lebih spesifik ruang lingkupnya. American Board of Physical Therapy Specialties mendaftar sebanyak 7 jenis spesialisasi fisioterapi yang tersertifikasi termasuk fisioterapi olahraga dan elektrofisiologi klinik. Sementara di negara-negara lainnya, umumnya terdapat enam jenis spesialisasi fisioterapis, yaitu:

1. Cardiopulmonary (Jantung dan Paru)

Fisioterapi rehabilitasi cardiopulmonary menangani berbagai keadaan pasien yang berhubungan dengan kelainan pada jantung dan paru seseorang atau orang yang baru selesai menjalani operasi jantung atau paru.

Tujuan utama spesialisasi ini di antaranya adalah meningkatkan ketahanan dan fungsi jantung dan paru seseorang. Manual terapi digunakan dalam spesialisasi ini untuk membantu membersihkan sekresi paru-paru yang dialami oleh penderita cystic fibrosis.
Kelainan jantung dan paru yang bisa ditangani spesialisasi ini dapat berupa serangan jantung, pasca operasi jantung koroner, penyakit paru-paru yang kronik, dan fibrosis pada paru.

2. Geriatric (manula)

Fisioterapi geriatric memiliki cakupan yang luas berhubungan dengan isu-isu seputar orang yang sudah melewati batas usia orang dewasa normal, tapi fokus utamanya adalah pada orang lanjut usia.

Banyak gangguan kesehatan yang mungkin dialami seseorang saat dia mulai berusia lanjut, misalnya arthritis (radang sendi), osteoporosis, kanker, penyakit Alzheimer, gangguan keseimbangan, inkontinensia, dan sebagainya. Fisioterapi geriatric membantu orang-orang yang mengalami masalah-masalah tersebut dengan mengembangkan spesialisasi geriatric, yang mampu memulihkan mobilitas gerak, mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kebugaran seseorang.

3. Neurologis (saraf)

Fisioterapi neurologis adalah spesialisasi fisioterapi yang mmbantu orang-orang yang mengalami kelainan atau penyakit neurologis (saraf), seperti penyakit Alzheimer, CMT (Charcot-Marie-Tooth disease), ASL, cerebral palsy (kelumpuhan saraf), cedera/gegar otak, multiple sclerosis, penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang dan stroke. Umumnya, kelainan yang terkait dengan kondisi neurologis berupa gangguan yang terjadi pada penglihatan, keseimbangan, aktivitas, gerakan dan berkurangnya kebebasan fungsional tubuh.

4. Ortopedi

Fisioterapi ortopedi mendiagnosa, mengelola dan menangani pasien yang mengalami kelainan dan luka-luka pada system musculoskeletal termasuk rehabilitasi setelah menjalani bedah ortopedi. Spesialisasi ini paling banyak dijumpai di klinik-klinik fisioterapi. Fisioterapi ortopedi dilatih untuk terampil dalam menangani pasien pasca bedah ortopedi, fraktur/patah tulang, cedera olahraga akut, radang sendi (arthritis), keseleo (sprain), strain (kaku otot/tegang), sakit punggung dan leher, gangguan tulang belakang dan amputasi.

Mobilisasi atau manipulasi sendi dan tulang belakang, terapi latihan, pendidikan neuromuscular, terapi panas atau dingin (hot/cold pack), dan stimulasi kelistrikan otot (misalnya cryotherapy, iontophoresys, elektroterapi) merupakan modalitas yang sering digunakan untuk mempercepat pemulihan dalam fisioterapi ortopedi. Sebagai tambahan, fisioterapi ortopedi juga menggunakan sonografi dalam mendiagnosa dan menangani pasien, misalnya saat muscle retraining (latihan otot). Orang-orang yang mengalami cedera atau penyakit yang berhubungan dengan tulang, otot atau tendon, akan sangat terbantu dengan adanya pemeriksaan dari fisioterapis spesialis ortopedi.

5. Pediatric

Fisioterapi pediatric membantu mendeteksi masalah kesehatan lebih dini dan menggunakan berbagai modalitas dalam menangani kelainan-kelainan gerak dan fungsi gerak di lingkungan pediatric. Spesialisasi ini mengkhususkan diri pada diagnose, treatment dan management fisioterapi pada bayi, anak-anak, dan remaja dengan berbagai kelainan bawaan, gangguan perkembangan, gangguan neuromuscular, gangguan kerangka, atau menderita suatu penyakit. Penanganannya difokuskan pada keterampilan motorik halus dan kasar, keseimbangan dan koordinasi, kekuatan dan daya tahan sebaik kognitif dan proses sensorik/integrasi. Anak-anak dengan keterlambatan pertumbuhan, cerebral palsy, spina bifida, atau torticollis dapat ditangani oleh fisioterapis spesialis pediatric.

6. Integumentary (berhubungan dengan kulit dan bagian-bagiannya)

Kondisi yang ditangani oleh spesialisasi ini adalah luka dan luka bakar. Fisioterapis spesialis intgumentary menggunakan alat-alat bedah, mechanical lavage, perban, dan topical agen untuk memperbaiki jaringan nekrotik dan mempercepat proses penyembuhan jaringan yang luka. Selain itu spesialisasi ini biasa juga menggunakan latihan, control edema, belat dan kompresi pakaian. 


Esensial sekali bila fisioterapi ada dan eksis dalam dunia kesehatan modern, sangatlah berperan ketika pasien yang telah ditangani berbagai macam therapy umum yang telah menyelamatkan hidupnya. Disisi lain ketika mereka telah pulih dari kondisi zero ataupun bahkan minus mereka tak mampu kembali ke dalam kehidupan normal layaknya orang awam. Tidak hanya fisioterapi namun peran dari rehabilitasi medik secara menyeluruh mulai dari okupasi terapi, terapi wicara, orthotik prostetik dapat sangat berguna untuk mengembalikan fungsional keadaan kesemula. Yang menjadi permasalahan adalah belum tersebar secara meratanya informasi mengenai rehabilitasi medik ini dengan segala isinya. Maksud penulis adalah dinegara kita sendiri.

Jika dilihat negara maju mereka dapat mengambangkan segala yang ada dari mulai ide ringan hingga cetusan luar biasa hanya dari sesuatu yang kecil bahkan orang tak dapat mengira bahwa itu ada. Nah, sebagai bangsa yang kaya mari kita bersama memajukan kesehatan dengan kemampuan yang kita miliki, apapun profesinya, apapun dasar keilmuannya sela itu masih berguna untuk sesama dan tidak menimbulkan sesuatu yang merugikan tidak ada salahnya kita mencoba untuk perubahan.

HIDUP FISIOTERAPI... MAJULAH KESEHATAN INDONESIA...

NYERI LEHER ? BAWA KE FISIOTERAPI

Sakit leher atau sakit pada bagian tengkuk  merupakan sakit yang dialami oleh banyak orang. Sakit yang berupa nyeri pada bagian sekitar leher dan pundak ini dapat berasal dari berbagai macam sumber atau penyebab. Penyebab utama sakit leher adalah pengapuran, terutama pada orang yang beranjak ke usia tua. Selain pengapuran, penyebab lainnya adalah penjepitan saraf ataupun kesalahan posisi dalam menyikapi posisi leher yang benar.
         Sakit leher yang dirasakan setiap orang dapat bermacam-macam tergantung  penyebabnya, seperti yang disebutkan di atas. Sakit yang menjalar ke lengan, sakit pegal, leher terasa kaku ataupun susah menggerakkan leher adalah berbagai manifestasi yang timbul. Selain itu, keluhan yang juga sering dirasakan adalah kebal atau baal pada bagian tangan, hal ini dirasakan bilamana terdapat penjepitan saraf perifer yang mengenai level saraf dari bagian leher.
         Pemerikasan penunjang sangat diperlukan untuk mengetahui faktor penyebab sakit tersebut, terutama rontgen, MRI(Magnetic Reconance Imaging) dan USG (ultrasonografi). Rontgen digunakan untuk memindai apakah ada kelainan pada bagian tulang seperti pengapuran, penjepitan bantalan (discus ) ataupun pengeroposan tulang. MRI digunakan untuk memindai posisi atau memastikan penjepitan atau penyempitan saraf, sedangkan USG digunakan untuk mengambarkan apakah ada kelainan pada bagian otot-otot sekitar leher.

Gejala

  • Nyeri atau kaku pada leher atau tengkuk atau sekitar pundak
  • Pusing atau sakit kepala
  • Nyeri yang dirasakan terus-menerus atau hilang timbul,
  • Baal pada jari-jari tangan
  • Nyeri menjalar atau kesemutan ke daerah lengan sampai tangan
  • Nyeri pegal atau tajam (seperti ditusuk jarum) pada bagian leher atau pundak atas
  • Nyeri saat menggerakkan lehar, seperti menunduk, menengok atau mengenadah

Anatomi  leher

Anatomi leher terdiri dari susunan otot-otot penggerak leher, ligament, 7 ruas tulang leher, bantalan tulang leher (discus vertebralis) dan 8 level susunan saraf pusat dan perifer. Semua susunan anatomi tersebut dapat menjadi bagian dari penyebab sakit leher. Setiap susunan tersebut mempunyai ciri –ciri tertentu dalam menghasilkan jenis nyeri yang dirasakan serta manifestasi lainnya.
Dengan mengetahui anatomi leher ini kita dapat menebak atau mendiagnosis penyebab utama dari sakit leher yang diderita dan tentu saja dikuatkan dengan pemeriksaan penunjang, apakah berupa rontgen ataupun MRI.

Peranan Fisioterapi

Seorang Fisioterapis dapat mendiagnosis dan menerapi penderita sakit leher dengan berbagai cara, tergantung penyebab dan sakitnya melalui metoda ;
  • Mobilisasi
  • Manipulasi sendi
  • Elektroterapi
  • Latihan dan penguatan otot
  • Koreksi postur
Fisioterapi juga memberikan cara agar penderita sakit leher dapat menolong diri sendiri untuk mengurangi sakit dan mengoreksi penyebabnya. Fisioterapis juga memberikan saran-saran praktis dalam melakukan tugas di kantor atau rumah dan menyesuaikan beban dan latihan yang diberikan tergantung pada kondisi penderita.

Metoda Fisioterapi

  • Mobilisasi : perhatikan pola gerak dalam beraktifitas, kurangi pembebanan pada tulang punggung, terutama saat posisi duduk, berdiri, tidur maupun saat mengangkat beban berat.
  • Manipulasi sendi dan otot : dengan latihan kelenturan serta penguatan otot punggung (stretching & strengthening).
  • Elektroterapi : dengan mempergunakan modalitas terapi Diathermy (pemanasan dalam), TENS(stimulasi syaraf), Ultrasound (gelombang suara) maupun Traksi (melebarkan jarak antar dua sendi punggung).
  • Koreksi Postur : memperbaiki postur tubuh yang dapat menambah nyeri leher.