Fisioterapi juga berfungsi untuk memaksimalkan kualitas hidup dan potensi gerak seseorang dengan memberikan pelayanan fisioterapi berupa promosi, prevention (pencegahan), perawatan (treatment/intervention), habilitasi dan rehabilitasi. Pelayanan tersebut melibatkan fisik, psikologis, emosional dan kesejahteraan sosial sebagai hasil interaksi antara fisioterapis, pasien/klien, profesi kesehatan lainnya, keluarga pasien, dan masyarakat dalam proses pemulihan potensi gerak dengan menggunakan pengetahuan dan skill yang dimiliki oleh seorang fisioterapis.
Seorang fisioterapis memanfaatkan riwayat medis pasien dan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa, menyusun rencana perawatan, termasuk dalam menganalisa hasil foto lab pasien dan melakukan tes elektrodiagnostik (seperti tes electromyograms dan tes refleks) bila diperlukan.
Di luar negeri (misalnya USA, Belanda, Australia), fisioterapi terbagi menjadi beberapa spesialisasi, seperti cardiopulmonary, geriatric, ortopedi, neurologi dan pediatric. Pelayanan fisioterapi dapat dilakukan di mana saja, mulai dari rumah sakit, klinik, rumah pasien, kantor, pusat pendidikan dan penelitian, sekolah, pusat industri atau lingkungan kerja lainnya, sampai fitness centre dan pusat olahraga.
Kualifikasi pendidikan fisioterapis bervariasi, tergantung negaranya. Di luar negeri, pendidikan fisioterapi sudah sampai S3, Sp1, dan Sp2. Sementara di Indonesia, pendidikan yang tersedia adalah D3, D4 dan S1 Profesi. Untuk melanjutkan S2 harus ke luar negeri, baik dengan biaya sendiri atau dengan beasiswa.
SEJARAH FISIOTERAPI
Bapak Kedokteran Hipokrates yang kemudian dilanjutkan oleh Galenus diyakini sebagai orang pertama yang melakukan praktek fisioterapi dengan teknik pijat (massage), teknik manual, dan hidroterapi untuk mengobati pasien pada tahun 460 SM. Setelah adanya pengembangan pediatric pada abad ke-18, alat-alat mesin seperti gimnasticon dikembangkan untuk terapi encok dan dan keluhan sejenis lainnya melalui pemberian latihan secara teratur pada sendi-sendi yang mengalami gangguan.
Dokumen asli yang pertama ditemukan tentang praktik fisioterapi secara professional adalah yang dibuat oleh Per Henrik Ling, “Bapak Gimnastik Swedia” , yang mendirikan RCIG (Royal Central Institut of Gimnastik) pada tahun 1813 untuk terapi massage (pijat), manipulasi dan exercise (latihan). Panggilan yang digunakan orang Swedia untuk fisioterapis pada saat itu adalah “sjukgymnast” = “sick-gymnast”. Pada tahun 1887 fisioterapi memperoleh pengakuan secara resmi (official registration) oleh Sweden’s National Board of Health and Welfare.
Setelah itu negara lainnya menyusul. Pada tahun 1894 empat orang perawat di Britania Raya membentuk Chartered Society of Physiotherapy. Lalu disusul pemebentukan pendidikan fisioterapi di Universitas Otago New Zealand pada tahun 1913, dan United State Reed College di Portland, Oregon pada tahun 1914 dengan lulusan sebagai “reconstruction aides” (asisten rehab).
Penelitian (riset) juga meningkatkan perkembangan fisioterapi. Penelitian pertama tentang fisioterapi dipublikasikan di Amerika Serikat dipublikasikan pada bulan Maret 1921 dalam The PT Review. Di tahun yang sama, Mary Mcmillan mendirikan organisasi Physical Therapy Association ( sekarang berubah menjadi APTA (American Physical Therapy Association). Pada tahun 1942, Georgia Warm Spring Foundation mendukung perkembangan fisioterapi dengan menganjurkan fisioterapi sebagai terapi untuk penderita polio.
Terapi-terapi yang dilakukan sepanjang tahun 1940-an baru berkisar pada terapi latihan, massage, dan traction. Teknik-teknik manipulasi pada punggung/tulang belakang dan sendi-sendi pada extremitas (alat gerak) mulai dipraktikkan Negara-negara Persemakmuran Inggris di awal tahun 1950an. Beberapa tahun setelah itu fisioterapis mulai merambah dari hanya sekedar bertugas di rumah sakit ke tempat-tempat lain seperti klinik ortopedi, sekolah-sekolah, universitas, pusat geriatric, pusat rehabilitasi, dan pusat-pusat pengobatan lainnya.
Spesialisasi untuk fisioterapi diawali di Amerika Serikat pada tahun 1974, dengan dibentuknya Bidang Ortopedi APTA yang mengembangkan spesialis ortopedi. Di tahun yang sama, Internationa Federation of Orthopaedic Manipulative Therapy dibentuk. Federasi inilah yang memainkan perananan penting dalam memperkenalkan manual terapi ke seluruh dunia.
PENDIDIKAN
WCPT (World Confederation of Physical Therapy) – organisasi fisioterapi internasional – menyadari adanya keeanekaragaman budaya, social, ekonomi, dan politik di lingkungan di mana pendidikan fisioterapi diterapkan di seluruh dunia. WCPT merekomendasikan pendidikan tingkat awal fisioterapi adalah pendidikan yang diselenggarakan di universitas atau setingkat universitas (akademi atau sekolah tinggi), minimal 4 tahun, lulusannya secara independen diakui oleh undang-undang, terakreditasi keberadaannya, dan ada pengakuan sebagai suatu profesi oleh negara. WCPT juga menyadari akan adanya inovasi dan variasi dalam pelaksanaan program pendidikan, termasuk gelarnya setelah menyelesaikan pendidikan, mulai dari Ahli Madia, Sarjana Sains Terapan, Sarjana, Master, Doktor sampai gelar spesialisasinya. Yang diharapkan adalah setiap program pendidikan fisioterapi mampu mengembangkan kurikulum yang baik sehingga calon fisioterapis mendapatkan ilmu, skill, dan hal-hal lainnya sebagai bekal untuk menjadi fisioterapis kelak.
Pendidikan profesi menyiapkan fisioterapis untuk memiliki kewenangan untuk membuka praktik sendiri (klinik) dan memiliki otonomi sendiri dalam bermitra dengan profesi kesehatan lainnya.
Program pendidikan fisioterapi mengintegrasikan teori, fakta di lapangan, dan praktik langsung selama proses pembelajarannya.
Di Amerika Serikat ada sekitar 202 dari 211 program pendidikan fisioterapi telah terakreditasi di tinggkat doktor.
SPESIALISASI
Karena ruang lingkup pengetahuan fisioterapi yang luas, beberapa fisioterapis mengambil spesialisasi yang lebih spesifik ruang lingkupnya. American Board of Physical Therapy Specialties mendaftar sebanyak 7 jenis spesialisasi fisioterapi yang tersertifikasi termasuk fisioterapi olahraga dan elektrofisiologi klinik. Sementara di negara-negara lainnya, umumnya terdapat enam jenis spesialisasi fisioterapis, yaitu:
1. Cardiopulmonary (Jantung dan Paru)
Fisioterapi rehabilitasi cardiopulmonary menangani berbagai keadaan pasien yang berhubungan dengan kelainan pada jantung dan paru seseorang atau orang yang baru selesai menjalani operasi jantung atau paru.
Tujuan utama spesialisasi ini di antaranya adalah meningkatkan ketahanan dan fungsi jantung dan paru seseorang. Manual terapi digunakan dalam spesialisasi ini untuk membantu membersihkan sekresi paru-paru yang dialami oleh penderita cystic fibrosis.
Kelainan jantung dan paru yang bisa ditangani spesialisasi ini dapat berupa serangan jantung, pasca operasi jantung koroner, penyakit paru-paru yang kronik, dan fibrosis pada paru.
2. Geriatric (manula)
Fisioterapi geriatric memiliki cakupan yang luas berhubungan dengan isu-isu seputar orang yang sudah melewati batas usia orang dewasa normal, tapi fokus utamanya adalah pada orang lanjut usia.
Banyak gangguan kesehatan yang mungkin dialami seseorang saat dia mulai berusia lanjut, misalnya arthritis (radang sendi), osteoporosis, kanker, penyakit Alzheimer, gangguan keseimbangan, inkontinensia, dan sebagainya. Fisioterapi geriatric membantu orang-orang yang mengalami masalah-masalah tersebut dengan mengembangkan spesialisasi geriatric, yang mampu memulihkan mobilitas gerak, mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kebugaran seseorang.
3. Neurologis (saraf)
Fisioterapi neurologis adalah spesialisasi fisioterapi yang mmbantu orang-orang yang mengalami kelainan atau penyakit neurologis (saraf), seperti penyakit Alzheimer, CMT (Charcot-Marie-Tooth disease), ASL, cerebral palsy (kelumpuhan saraf), cedera/gegar otak, multiple sclerosis, penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang dan stroke. Umumnya, kelainan yang terkait dengan kondisi neurologis berupa gangguan yang terjadi pada penglihatan, keseimbangan, aktivitas, gerakan dan berkurangnya kebebasan fungsional tubuh.
4. Ortopedi
Fisioterapi ortopedi mendiagnosa, mengelola dan menangani pasien yang mengalami kelainan dan luka-luka pada system musculoskeletal termasuk rehabilitasi setelah menjalani bedah ortopedi. Spesialisasi ini paling banyak dijumpai di klinik-klinik fisioterapi. Fisioterapi ortopedi dilatih untuk terampil dalam menangani pasien pasca bedah ortopedi, fraktur/patah tulang, cedera olahraga akut, radang sendi (arthritis), keseleo (sprain), strain (kaku otot/tegang), sakit punggung dan leher, gangguan tulang belakang dan amputasi.
Mobilisasi atau manipulasi sendi dan tulang belakang, terapi latihan, pendidikan neuromuscular, terapi panas atau dingin (hot/cold pack), dan stimulasi kelistrikan otot (misalnya cryotherapy, iontophoresys, elektroterapi) merupakan modalitas yang sering digunakan untuk mempercepat pemulihan dalam fisioterapi ortopedi. Sebagai tambahan, fisioterapi ortopedi juga menggunakan sonografi dalam mendiagnosa dan menangani pasien, misalnya saat muscle retraining (latihan otot). Orang-orang yang mengalami cedera atau penyakit yang berhubungan dengan tulang, otot atau tendon, akan sangat terbantu dengan adanya pemeriksaan dari fisioterapis spesialis ortopedi.
5. Pediatric
Fisioterapi pediatric membantu mendeteksi masalah kesehatan lebih dini dan menggunakan berbagai modalitas dalam menangani kelainan-kelainan gerak dan fungsi gerak di lingkungan pediatric. Spesialisasi ini mengkhususkan diri pada diagnose, treatment dan management fisioterapi pada bayi, anak-anak, dan remaja dengan berbagai kelainan bawaan, gangguan perkembangan, gangguan neuromuscular, gangguan kerangka, atau menderita suatu penyakit. Penanganannya difokuskan pada keterampilan motorik halus dan kasar, keseimbangan dan koordinasi, kekuatan dan daya tahan sebaik kognitif dan proses sensorik/integrasi. Anak-anak dengan keterlambatan pertumbuhan, cerebral palsy, spina bifida, atau torticollis dapat ditangani oleh fisioterapis spesialis pediatric.
6. Integumentary (berhubungan dengan kulit dan bagian-bagiannya)
Kondisi yang ditangani oleh spesialisasi ini adalah luka dan luka bakar. Fisioterapis spesialis intgumentary menggunakan alat-alat bedah, mechanical lavage, perban, dan topical agen untuk memperbaiki jaringan nekrotik dan mempercepat proses penyembuhan jaringan yang luka. Selain itu spesialisasi ini biasa juga menggunakan latihan, control edema, belat dan kompresi pakaian.
Esensial
sekali bila fisioterapi ada dan eksis dalam dunia kesehatan modern,
sangatlah berperan ketika pasien yang telah ditangani berbagai macam
therapy umum yang telah menyelamatkan hidupnya. Disisi lain ketika
mereka telah pulih dari kondisi zero ataupun bahkan minus mereka tak
mampu kembali ke dalam kehidupan normal layaknya orang awam. Tidak hanya
fisioterapi namun peran dari rehabilitasi medik secara menyeluruh mulai
dari okupasi terapi, terapi wicara, orthotik prostetik dapat sangat
berguna untuk mengembalikan fungsional keadaan kesemula. Yang menjadi
permasalahan adalah belum tersebar secara meratanya informasi mengenai
rehabilitasi medik ini dengan segala isinya. Maksud penulis adalah
dinegara kita sendiri.
Jika
dilihat negara maju mereka dapat mengambangkan segala yang ada dari
mulai ide ringan hingga cetusan luar biasa hanya dari sesuatu yang kecil
bahkan orang tak dapat mengira bahwa itu ada. Nah, sebagai bangsa yang
kaya mari kita bersama memajukan kesehatan dengan kemampuan yang kita
miliki, apapun profesinya, apapun dasar keilmuannya sela itu masih
berguna untuk sesama dan tidak menimbulkan sesuatu yang merugikan tidak
ada salahnya kita mencoba untuk perubahan.
HIDUP FISIOTERAPI... MAJULAH KESEHATAN INDONESIA...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar